PELUANG DAN TANTANGAN BIDANG SUMBER DAYA MANUSIA DALAM INDUSTRI 4.0
KELOMPOK 6
ALIFAH SRI
YULIANTI (10118545)
AMELIA DWI
INDRIANI (10118655)
RAHMA AZIZAH
(15118804)
STEVANI DORIS
(16118832)
ZHIRAZZI DIMAS
PRASEPTYO (17118592)
3KA01
PELUANG DAN TANTANGAN BIDANG SUMBER DAYA MANUSIA DALAM INDUSTRI 4.0
(Studi Pustaka)
Oleh : Ir. Maurits
S. Sipayung, M.M.
A. Pendahuluan
Perkembangan
teknologi di setiap zaman selalu memberikan pengaruh terhadap kehidupan
manusia.
- Revolusi industri pertama
berlangsung pada tahun 1700-1800-an , teknologi mesin uap dan tenaga air
yang berlangsung di Eropa membuat kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat
berubah. Menurut Klingerberg (2017), revolusi industri pertama terjadi
sekitar tahun 1784-1870 dengan fenomena yang ditandai dengan perubahan
penggunaan hewan (ternak) sebagai penggerak, berubah menjadi mesin-mesin
yang digerakkan oleh uap air dan batubara
- Revolusi Industri kedua
dimulai ketika ditemukannya listrik pada awal tahun 1900-an, tepatnya
antara tahun 1870-1969. Pada era ini perkembangan manufaktur yang
digerakkan oleh mesin-mesin bertenaga listrik untuk produksi barang secara
massal semakin berkembang ke berbagai belahan dunia dan mulai
mengembangkan berbagai industri termasuk industri perkeretaapian, logam
dan kimia. Frieden dalam Kligenberg (2017) pasca perang
dunia II permintaan kebutuhan produk industri semakin meningkat pesat.
Pada masa ini dalam bidang sumber daya manusia terjadinya perpindahan
orang antar negara (migrasi) karena kebutuhan pekerjaan dan juga karena
terjadinya perang.
- Revolusi Industri ketiga
menurut Kligenberg (2017), dimulai pada tahun 1969 dan masih berkembang
sampai saat ini. Era ini ditandai dengan perkembangan industri yang tidak
ditandai dengan perubahan sumber energi, tetapi dengan penggunaan
elektronik dan internet sebagai bagian dari otomatisasi pabrik. Revolusi
industri ketiga dipimpin oleh Amerika Serikat dan beberapa pemain penting
dari Eropa dan Asia (seperti Jepang, Korea dan China). Era ini ditandai
dengan berkembangnya kegiatan Penelitian dan Pengembangan (Research and
Development- R&D) terutama untuk komputer, chips, dan
internet.
Pada era ini ,
perkembangan bidang manufaktur, elektronik, dan TI sudah mengarah kepada
mengotomatiskan serangkaian kegiatan yang sebelumnya dilakukan secara manual,
bahkan perencanaan dan kontrol. Didorong oleh penghematan biaya, banyak
kegiatan manufaktur dipindahkan dari negara industri ke negara-negara
terbelakang terutama di Asia - pada akhir abad ke-20 (Porter; Stentoft dalam Kligenberg,
2017).
Menurut Gerwin dan
Tarondeau; Meredith; dan Lei dkk. dalam Kligenberg, 2017)
dengan difusi teknologi ini, melahirkan istilah Advanced Manufacturing
Technologies (AMT) pada 1980-an, diantaranya merujuk pada seperangkat
teknologi sebagai :
● manufaktur
terintegrasi komputer (Computer Integrated Manufacturing - CIM),
● desain berbantuan
komputer (CAD),
● manufaktur
berbantuan komputer (Computer-Aided Manufacturing - CAM),
● sistem manufaktur
fleksibel (Flexible Manufacturing Systems- FMS).
Menurut Goldhar
dan Jelinek dalam Kligenberg (2017), tujuan industri pada era
ini adalah untuk menghadirkan fleksibilitas yang lebih besar, siklus produksi
yang lebih pendek, produk yang lebih disesuaikan, respons yang lebih cepat
terhadap tuntutan pasar yang berubah, kontrol yang lebih baik, dan akurasi
proses. Pada masa ini juga skenario ekonomi perusahaan-perusahaan berubah
menuju program penurunan biaya (cost reduction) dan peningkatan
penjualan (increase sales).
Menurut Rosyidi
(2018), perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada
awal abad 20 telah melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang
dikendalikan secara otomatis. Mesin industri dikendalikan dengan
menggunakan Programmable Logic Controller (PLC) atau sistem
otomatisasi berbasis komputer. Dampaknya, biaya produksi menjadi semakin murah.
Teknologi informasi juga semakin maju diantaranya teknologi kamera yang
terintegrasi dengan mobile phone dan semakin berkembangnya
industri kreatif di dunia musik dengan ditemukannya musik digital.
Penggambaran
perkembangan revolusi industri pertama sampai revolusi industri keempat itu
digambarkan dalam gambar di bawah ini :
(Gambar 1 : Sejarah Revolusi
Industri)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetap mendorong manusia
untuk mendapatkan hal-hal yang lebih baik dalam kehidupannya. Perkembangan
industri pertama sampai ketiga tetap berjalan seiring dengan keinginan manusia
untuk mempermudah kehidupannya dan memenuhi kebutuhan hidup yang semakin
kompleks. Hal inilah yang mendorong timbulnya istilah revolusi industri keempat
atau sering disebut juga dengan Industri 4.0 atau I4.0.
B. Industri 4.0
Istilah Industri
4.0 sendiri secara resmi lahir di Jerman tepatnya saat diadakan Hannover
Fair pada tahun 2011 (Kagermann dkk., 2011). Konsep revolusi industri
atau dikenal juga dengan industri 4.0 diperkenalkan oleh Prof Klaus Schwab yang
menuliskannya dalam bukunya berjudul “The Fourth Industrial Revolution”.
Konsep itu berkembang ke negara-negara lain dengan penyebutan istilah yang
beragam dikenal sebagai " Connected Enterprise" di
Amerika Serikat dan " Fourth Industrial Revolution "
di Inggris.
Industri 4.0
dibangun di atas tiga transformasi teknologi (revolusi industri) sebelumnya
(Cordes & Stacey dalam Mohrar, Arman dan Mousa, 2017). Menurut Rojko (2017)
dan Prasetyo dan Sutopo (2018), beberapa istilah yang terkait dengan
implementasi dan strategi industri 4.0 ini misalnya juga disebut dengan Internet
Industry (di Amerika Utara), Industrie du future (Francis), Made
in China 2025 (RRC).
Pada prinsipnya
dari pengertian dikatakan bahwa industri 4.0 adalah masa terjadinya perubahan
(transformation) rantai nilai (value chain) industri yang berbasis teknologi
digital, automasi dan integrasi teknologi informasi dan telekomunikasi dengan
seluruh proses produksi dan pelayanan industri.
The World Economic
Froum (WEF) telah menyatakan bahwa paradigma revolusi industri 4.0 memiliki
karakter yang ditandai oleh perpaduan teknologi yang mengaburkan garis antara
bidang fisik, digital, dan biologi". Teknologi saat ini termasuk
kecerdasan buatan (Artificial intelligence-AI), robotika, Internet of Things
(IoT), kendaraan otonom, pencetakan 3-D, nanoteknologi, bioteknologi, ilmu material,
penyimpanan energi, dan komputasi kuantum (Deloitte, 2015; Ĺlusarczyk, 2018).
Lebih lanjut Gerbert dkk. (2015)
menyatakan ada 9 teknologi yang akan mendominasi dalam industri produksi
seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
Kesembilan pilar dalam Industri 4.0 tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut :
- Big
data and Analytic :
Analisis berdasarkan kumpulan data besar baru muncul baru- baru ini di
dunia manufaktur, yang mengoptimalkan kualitas produksi, menghemat energi,
dan meningkatkan layanan peralatan.
- Autonomous
Robots :
Robot-robot ini lebih otonom, fleksibel, dan kooperatif; mereka dapat
berinteraksi satu sama lain dan bekerja dengan aman bersama manusia dan
belajar dari mereka; apalagi mereka memiliki jangkauan kemampuan yang
lebih besar daripada yang digunakan dalam manufaktur saat ini.
- Simulation : Pada tahap rekayasa,
simulasi produk 3-D, bahan, dan proses produksi akan digunakan lebih luas
dalam operasi pabrik juga; dengan cara ini dapat mencerminkan dunia fisik
dalam model virtual, termasuk mesin, produk, dan manusia.
- Horizontal
and Vertical System Integration : Dewasa ini perusahaan, pemasok, dan
pelanggan jarang memiliki kaitan yang erat; hal yang sama menyangkut
departemen dari usaha yang sama, seperti teknik, produksi, dan layanan.
- The
Industrial Internet of Things (IoT) : Banyak sekali perangkat - kadang-kadang
termasuk produk yang bahkan belum selesai - akan diperkaya dengan
komputasi tertanam dan terhubung menggunakan teknologi standar.
- Cybersecurity : Dengan meningkatnya
konektivitas dan penggunaan protokol komunikasi standar yang datang dengan
Industri 4.0, kebutuhan untuk melindungi sistem industri penting, jalur
produksi, dan Data yang dikumpulkan meningkat secara dramatis
- Cloud : Dengan Industri 4.0,
lebih banyak usaha yang terkait dengan produksi akan memerlukan
peningkatan berbagi data lintas situs dan batas-batas perusahaan; pada
saat yang sama, kinerja teknologi cloud akan meningkat,
mencapai waktu reaksi hanya beberapa milidetik.
- Additive
Manufacturing :
Dengan pencetakan 3D perusahaan akan dapat mewujudkan prototipe dan
komponen individu yang lebih cepat, tetapi juga sejumlah kecil produk yang
disesuaikan; Pencetakan 3D dapat didesentralisasi mengurangi jarak
transportasi dan stok di tangan.
- Augmented
reality: Sistem ini mendukung
berbagai layanan, seperti memilih bagian di gudang dan mengirim instruksi
perbaikan melalui perangkat seluler.
Hasil diskusi
panel para pakar yang tergabung dalam United Nations Industrial Development
Organization (UNIDO) – PBB di Vienna bulan Nop 2016 menyimpulkan terjadinya
revolusi industri 4.0 ditandai dengan terjadinya tren automasi dan pertukaran
data (automation and data exchange) dalam teknologi manufaktur, hal ini
termasuk cyber-physical system (CPS), IoT dan cloud computing.
Komponen –
komponen fisik dari industri akan ditransformasikan dengan lebih cerdas,
penerapan jaringan digital ke dalam ke CPS, yang memungkinkan manajemen
mengelola proses produksi secara real time tanpa terbatas jarak dan kemampuan
untuk mengkustomisasi produk. Industry 4.0 membuka pintu menuju inovasi dan
kekuatan ekonomi.
Menurut Crnjac,
VeĹža dan Banduka (2017) terjadinya integrasi vertikal, integrasi horizontal dan
integrasi rekayasa/engineer digital akan sangat terasa dalam era ini , dan
Deloitte (2015) menambahkan satu karakteristik lainnya yaitu terciptanya
akselerasi melalui Exponential technologies. Pendekatan ini menimbulkan model
bisnis proses yang baru.
- Integrasi
Horizontal
Integrasi
horizontal mengacu pada integrasi berbagai sistem informasi yang digunakan
dalam fase perencanaan produksi dan proses bisnis.
- Integrasi
Vertikal
Integrasi vertikal
berarti integrasi sistem informasi pada tingkat hierarki yang berbeda, semua
untuk bertukar informasi dari bawah ke atas hirarki dan sebaliknya.
- Integrasi
Rekayasa Digital
Rekayasa digital
penuh memungkinkan pengumpulan dan pertukaran data produk di seluruh rantai
yang terlibat dalam pengembangan produk.
- Akselerasi
melalui Exponential Technologies
- Salah satu karakteristik industri 4.0 ini
juga adalah sebuah terciptanya sebuah katalis atau pendorong akselerasi
yang memungkinkan terjadinya solusi secara individual (individualized
solution) , fleksibilitas (Flexibility) dan penghematan biaya
(cost saving) dalam proses industri.
Menurut
Tjandrawinata (2016) , setidaknya ada tiga hal yang membedakan revolusi
industri keempat dibanding revolusi industri sebelumnya yaitu:
- Inovasi dapat
dikembangkan dan menyebar jauh lebih cepat dari sebelumnya.
- Penurunan biaya produksi
marjinal dan munculnya platform yang dapat menyatukan dan
mengkonsentrasikan beberapa bidang keilmuan terbukti meningkatkan output
pekerjaan
- Revolusi secara global
ini akan berpengaruh besar dan terbentuk di hampir semua negara di dunia.
Menurut Crnjac ,
VeĹža dan Banduka (2017) , fitur-fitur Industri 4.0 adalah integrasi horizontal,
vertikal dan digital dari keseluruhan sistem. Bidang utama integrasi akan
terlihat dalam berbagai bentuk seperti :
- Standardisasi
- Infrastruktur yang
komprehensif
- Keamanan dan privasi
- Organisasi kerja dan
desain
- Kerangka hukum
- Penggunaan sumber daya
yang efektif
C. Dampak Umum Industri 4.0
Masuknya suatu industri ke dalam industri 4.0 tentunya dapat membawa
dampak berantai terhadap bidang lainnya seperti bidang ekonomi, sosial dan
politik. Industri 4.0 membuat dunia lebih digital, lebih terhubung, lebih
fleksibel, dan lebih responsif. Industri 4.0 akan memiliki dampak terbesar pada bidang-bidang Mesin
& Robotika, Otomatisasi, Proses & Kontrol, Energi, Mesin-ke-Mesin (Machine
to Machine – M2M), dan Sistem Cerdas (AI).Beberapa keuntungan lain dari
implementasi industri 4.0 adalah :
- meningkatkan
produktivitas dan daya saing (productivity and competitiveness)
- meningkatkan
efisiensi energi dan sumber daya sehingga secara bersamaan juga melindungi
kondisi lingkungan
- mempersingkat
masa pemasaran produk baru,
- meningkatkan
respon dari pelanggan,
- peluang
untuk mengkustomisasi produk tanpa adanya peningkatan biaya produksi
- menyebabkan
peningkatan lapangan kerja untuk orang-orang yang memiliki keterampilan
khusus,
- terciptanya
lingkungan kerja yang lebih nyaman dan fleksibel.
Di sisi lain,
Prof. Magnus P. Karlsson (Royal Institute of Technology, Stockholm, Sweden.)
mengatakan bahwa Industri 4.0 termasuk gelombang otomatisasi berikutnya, akan
menciptakan beberapa tantangan, diantaranya :
- Kesadaran dan kesiapan (Awareness
and Readiness).
Perusahaan harus
sadar dan siap dalam menghadapi perubahan-perubahan yang akan terjadi.
- Eksplosi Data (Explosion
of Data)
Teknologi
komunikasi akan mengarah ke generasi 5.0 , dimana transaksi dan konektivitas
data akan semakin cepat baik melalui jaringan tanpa kabel (wifi) ke berbagai
devices. Ini akan membuat manusia akan terhubung satu dengan lainnya tanpa
mengenal batas waktu dan jarak dan semua hal sangat tergantung kepada Internet (IoT).
Ketika data mulai menumpuk dan dibagikan, masalah lain datang ke permukaan,
seperti keamanan data dan privasi dimana akan timbul masalah seperti pembagian/penyebaran
dan pelacakan informasi, hilangnya kendali atas data, dan pengungkapan
informasi tentang kehidupan pribadi konsisten dengan konektivitas baru.
- Transformasi Tenaga kerja
(Workforce transformation)
Pergeseran dalam
pekerjaan akan terjadi secara bertahap tetapi mendalam. Tenaga kerja digital,
seperti penggunaan drone pintar, robot dan bantuan cerdas akan memasuki dunia
kerja. Sektor industri baru akan muncul, seperti kedokteran digital, pertanian
presisi dan pekerjaan baru, perancang robot medis, dan manajer modernisasi
jaringan. Juga akan ada transformasi dalam pekerjaan yang ada. Misalnya,
realitas virtual dan augmented reality akan membantu pekerja
menjadi lebih produktif dan membuat lingkungan kerja mereka lebih aman.
Di Indonesia
sendiri dalam menyikapi era Industri 4.0, Menteri Perindustrian RI Airlangga
Hartarto mengatakan “Fourth Industrial Revolution (“4IR”) atau Revolusi
Industri 4.0 tidak hanya berpotensi luar biasa dalam merombak industri, tapi
juga mengubah berbagai aspek kehidupan manusia. Revolusi Industri 4.0 sudah
pasti akan menuju Indonesia dan kita siap untuk mengimplementasikannya”.
Kementerian Perindustrian telah menetapkan empat langkah strategis dalam
menghadapi Industri 4.0. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan tersebut
adalah:
- Pertama, mendorong agar
angkatan kerja di Indonesia terus meningkatkan kemampuan dan
keterampilannya, terutama dalam menggunakan teknologi internet of
things (IoT) atau mengintegrasikan kemampuan internet dengan lini
produksi di industri.
- Kedua, pemanfaatan
teknologi digital untuk memacu produktivitas dan daya saing bagi industri
kecil dan menengah (IKM) agar mampu menembus pasar ekspor melalui
program E-smart IKM.
- Ketiga, pemanfaatan
teknologi digital yang lebih optimal dalam perindustrian nasional
seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud,
dan Augmented Reality.
- Keempat, mendorong
inovasi teknologi melalui pengembangan start up dengan memfasilitasi
inkubasi bisnis agar lebih banyak wirausaha berbasis teknologi di wilayah
Indonesia.
D. Kompetensi
SDM dalam Menghadapi Industri 4.0
Beberapa karakteristik kompetensi (skill, knowledge dan attitude) yang dibutuhkan dalam perspektif SDM
yang mampu bersaing di era industri 4.0 yang dikumpulkan dari beberapa tulisan
(pustaka) dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.
Karakteristik Kompetensi yang Dibutuhkan Dalam Era Industri 4.0
No |
Penulis |
Kompetensi yang Dibutuhkan |
1 |
Haryono (2018) |
- Literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia,
humanities, komunikasi dan desain - Kepemimpinan (leadership) dan bekerja dalam team (teamwork),
kelincahan dan kematangan budaya (cultural agility), dengan latar
belakang budaya yang berbeda tetap bisa bekerjasama, dan entrepreneurship (termasuk sociopreneurship). |
2 |
Maresova dkk. (2018) |
- Keterampilan teknologi IT, perangkat lunak (software),
program aplikasi, dan sistem otomatis. - Kemampuan untuk menggunakan
perangkat digital, aplikasi, Web 2.0, dan alat elektronik apapun, tetapi juga
keterampilan yang berorientasi pengguna akan diperlukan. - Keterampilan komunikasi, keterampilan sosial, keterampilan
organisasi, kerja tim, pekerjaan proyek, tetapi juga kesadaran antar budaya. - Keterampilan bahasa. |
3 |
Kergroach (2017) |
- Kemampuan belajar (life-long learning) - Kemampuan pemecahan masalah, intuisi, kreativitas,
dan persuasi - Keterampilan
lunak (soft skill) seperti pengorganisasian diri (Self organization)
, manajemen, kerja tim (teamwork) , atau keterampilan komunikasi
(communication skill) |
4 |
Safaun (2018) |
- Etos kerja/karakter/soft skill - Penguasaan teknologi dasar (komputer, smartphone)
dan teknologi informasi - Penguasaan
teknologi yang bersifat teknis sederhana bagi pekerja jasa cleaning
service, asisten rumah tangga, dsb - Kemampuan “problem solving” bagi lulusan
Perguruan Tinggi - Bahasa asing (Inggris) bagi tenaga pariwisata (guide,
hotel, restoran), konstruksi, dsb |
5 |
Grzybowska dan Ĺupicka
(2017) |
- Kreativitas - Entrepreneurship skill - Pemecahan Masalah (Problem solving skill) - Pemecahan
Konflik (Conflict Solving Skill) - Pengambilan Keputusan (Decision Making) - Analytical
Skill - Research Skill - Efficiency Orientation |
6 |
Schmid (2017) |
- Technical skill : kemampuan
pengontrolan, monitoring dan penanganan gangguan, pengambilan keputusan dan
analisis data - Data and IT Skill : penanganan data-system,
pengembangan program, desain system, programming, dan data
security |
7 |
Prifti dkk. (2017) |
- Technical Skill : Keterampilan
berkomunikasi (Communication skill) termasuk didalamnya kemampuan
literasi, intercultural competency, presentation ability , - Social Skill : kolaborasi , compromising dan
negosiasi , emotional intelligence, teamwork, analytical skill,
project management, environment awareness, customer orientation, business
network, kepemimpinan dan pengambilan keputusan dan problem
solving - Technological Skill : pengetahuan
ekonomi, service orientation, business process, change management, digital
security, data and network, M2M communication, modelling and programming,
cloud computing, statistic and data analytic |
Sementara itu Kementerian Perindustrian dan Perdagangan menyatakan, bahwa di
masa industry 4.0 akan ada 3 elemen kompetensi (ability, basic skills,
dan cross functional skill) yang sangat berperan bagi SDM untuk
dapat bersaing atau menjadi spesifikasi yang dibutuhkan dalam pekerjaan di era
industri 4.0 seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 2: Keterampilan yang dibutuhkan dalam Industri 4.0 (Modifikasi)
(Sumber: https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/presentation/wcms_552349.pdf)
Sementara itu
menurut Gray (2016) , World Economic Forum menyimpulkan bahwa
pada tahun 2020 akan ada 10 keterampilan yang utama dalam era industri 4.0
seperti terlihat di bawah ini :
Gambar 3: 10
Keterampilan Teratas Untuk Pekerjaan di tahun 2020 (Sumber: Gray, A., 2016)
E. Penutup
Industri 4.0
membawa perubahan pada berbagai sektor industri, serta menjadi salah satu hasil
perkembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi yang dikembangkan
manusia dalam mempermudah pekerjaan. Industri 4.0 akan mempengaruhi proses
produksi di berbagai manufaktur dan akan berdampak secara langsung ke dalam
sektor bisnis secara keseluruhan. Kehidupan bisnis di berbagai negara akan
bergerak cepat dengan sistem baru yang didorong oleh perubahan teknologi
produksi di berbagai manufaktur. Peluang terbuka u ntuk setiap orang, lembaga,
perusahaan, atau negara yang ingin memanfaatkan keunggulan dan potensi industri
4.0.
Keberadaan
Sumber Daya Manusia (SDM) akan tetap menjadi bagian yang sangat penting dalam
era industri 4.0. Keterampilan dan pengetahuan dasar SDM tentang proses
produksi pada berbagai fitur transformasi di dalam industri 4.0, attitude andal, dan social skill akan menjadi syarat kualifikasi kompetensi yang wajib dimiliki setiap
SDM agar mampu bersaing dan mengambil bagian dalam era tersebut.
Komentar
Posting Komentar